Desain Rumah dan Abu Vulkanik

Hujan abu vulkanik yang cukup parah dialami masyarakat Yogya pada minggu kedua bulan Februari 2014, dampak dari meletusnya gunung Kelud yang berada di Kediri, Jawa Timur. Bangunan, jalan, pepohonan dan juga area pertanian tertutup abu yang cukup tebal. Sekolah-sekolah dan instansi pun akhirnya diliburkan.

Bila melihat dari akibat yang ditimbulkan hujan abu pada bangunan rumah tinggal, dampak cukup besar dirasakan masyarakat Yogya. Atap, halaman serta kendaraan yang terparkir diluar pun tertutup abu vulkanik yang berbahaya. Ketika angin berhembus, abu vulkanik masuk ke dalam rumah dan menyebar merata menutupi semua perabot dan bagian di dalam rumah.

Hal menarik bila dibahas dari sisi desain rumah tinggal. Siapkah rumah tinggal kita menghadapi kondisi seperti yang telah kita alami itu? Bagaimana perkembangan desain rumah tinggal dan responnya terhadap bencana seperti hujan abu?

Bila melihat perkembangan desain rumah tinggal saat ini, kecenderungan pemilihan desain terlihat mengarah pada desain rumahminimalis,walaupun pada perkembangannya tidak sepenuhnya berorientasi pada konsep minimalis sesungguhnya. Kita mulai dari bagian luar dan bertugas melindungi bangunan.
Atap

Atap merupakan elemen bangunan yang bertugas melindungi rumah dan segala yang ada di dalamnya dari berbagaai 'serangan' yang datang dari atas. Panas matahari, hujan, angin, dedaunan, hewan dan benda lain yang mungkin jatuh dari atas.
  • Pada bangunan-bangunan lama, atap didesain dengan kemiringan yang cukup curam, bahkan mencapai lebih dari 45 derajat. Dengan kemiringan yang curam, segala sesuatu yang menimpa atap, termasuk hujan abu misalnya, dapat dengan cepat jatuh ke tanah. Kemiringan berperan penting dalam melindungi rumah, termasuk dari hujan dan endapan abu vulkanik. Ketika hujan datang, segala seuatu yang berada di atas atap pun dengan mudah dan cepat dapat dibersihkan.
  • Namun pada desain kebanyakan rumah saat ini, atap relatif landai, bahkan tidak sedikit yang menggunakan atap datar. Ini menyebabkabn abu vulkanik dapat mengendap di atap dalam jangka waktu yang lama, dan dapat membebani struktur atap bangunan.

Ventilasi Udara.

  • Desain bangunan lama kebanyakan menggunakan jalusi atau kepyak yang memungkinkan udara masuk namun tidak untuk benda lain dan tidak dapat diakses secara visual. Desain ventilasi seperti ini dapat berperan dalam menghambat masuknya debu vulkanik ke dalam rumah,
  • Namun desain ventilasi rumah saat ini kebanyakan memakai roster atau bahkan bukaan biasa yang dapat memudahkan abu vulkanik masuk ke dalam rumah secara cepat.


Ketika hujan tiba, kita harus berhati-hati dengan sitem drainase pada rumah kita. Abu vulkanik dapat menyumbat sistem pembuangan pada pipa-pipa drainase, baik pada atap (roof drain), pada lantai (floor drain) maupun pada bak kontrol dan sumur resapan. Tersumbatnya sistem drainase dapat menyebabkan air dan lumpur menggenangi rumah dan halaman. Semua bagian sistem drainase harus secara rutin diperhatikan agar rumah kita siap menghadapi berbagai kondisi tak terduga seperti hujan abu vulkanik.

Parmonangan Manurung
Dosen Jurusan Arsitektur 
Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta

Kedaulatan Rakyat, 2 Maret 2014

Sumber image tambahan : kiriman teman, suryastar.co.id 

Posting Komentar

0 Komentar