Wisata Batam, Eksotisme Pasir Putih Pantai Lagoi Bay

Eksotisme Pasir Putih Pantai Lagoi Bay


Oleh Sri Syamsiyah LS

SAAT berkunjung ke Batam, jika ingin mendapatkan suasana alami, jauh dari riuh rendah perkotaan, sangat sayang bila kita melewatkan pesona Pulau Bintan. Pulau tempat Ibu Kota Provinsi Kepulauan Riau, Tanjung Pinang, berada itu memiliki sejumlah tempat yang menarik untuk dikunjungi, mulai wisata sejarah hingga wisata alam.

Kali ini, Pantai Lagoi Bay, menjadi destinasi kami. Berkendara dengan mobil dari Pelabuhan Telaga Punggur Batam, penulis menyeberang ke Pulau Bintan. Jika tidak membawa kendaraan, kita bisa naik kapal lain yang lebih cepat dan biayanya juga lebih murah.
Pagi itu, pelabuhan sudah terlihat ramai.
Mobil-mobil sudah antre dan hanya beberapa menit setelah mobil kami masuk geladak kapal roro, pintu kapal ditutup dan jembatan dilepas, tanda kapal berangkat. Klakson mulai berbunyi memecah kesunyian laut dan kapal mulai berangkat meninggalkan Pulau Batam. Angin berpadu dengan dengan gelombang yang pecah saat matahari mulai naik. Serombongan anak muda berseragam sama bersemangat menaiki tangga kapal. Foto selfie dan grufie mereka lakukan dengan gembira. Laut berpadu dengan langit dengan warna serupa membuat lukisan yang indah menjadi latar foto. Deretan kepulauan, sejumlah kapal juga menghiasi lautan.
Laut yang biru seolah menjadi ilham yang tidak pernah habis. Berdiri di anjungan kapal, memandang laut yang lepas dan ombak yang datang berkejaran. Oh, Maha Besar Allah yang telah menciptakan semua.
Sejumlah penumpang memilih duduk. Sesekali mereka memesan minuman dan makanan ringan di toko yang ada di kapal itu. Sekitar satu jam kapal roro berjalan, kami sudah sampai di pelabuhan Tanjung Uban Pulau Bintan. Melewati jalan dengan deretan pepohonan memang agak berbeda dari ingar bingar Batam.
”Lihat, di sebelah kanan itu orang-orang menyebutnya Bukit Es Krim karena warnanya seperti es krim,” kata saudara penulis yang menemani menjelajahi Pulau Bintan saat melewati Kuala Sepang.
Sebenarnya bukan bukit tetapi itu adalah bekas tambang yang membentuk deretan tebing putih kecoklatan, kuning, dan kemerah-merahan. Pantulan sinar matahari menjadikan pemandangan menarik. ”Itu dulu juga untuk syuting televisi. Ada batu-batuan dan pasir juga. Cantik kalau nak foto di sana,” kata dia sembari menyebut salah satu program televisi.
Dari jalan, kami melihat sejumlah kendaraan parkir dan orang-orang menuju tempat yang ditunjuk. Melihat dari kejauhan, penulis menangkap kesan lokasi itu belum dikelola dengan rapi. Tidak ada papan nama petunjuk tempat tersebut. Kalau siang hari juga terasa sangat panas.
”Kita mampirnya nanti saja ya sekalian pulang, biar agak teduh,” katanya, dan kami iyakan karena agenda kami hari itu sangat padat.

Tidak Ditarik Biaya 
Kami melanjutkan perjalanan. Di kiri dan kanan terlihat pepohonan, sementara jalan mulus siang itu terlihat masih sepi. Usai berkeliling ke beberapa tempat, akhirnya kami menuju Lagoi Bay. Begitu memasuki pos, deretan tanaman berjajar rapi.
Kami pikir jaraknya sudah dekat, tetapi ternyata dari pos pintu masuk masih membutuhkan waktu yang cukup lama, masih masuk ke dalam hingga kami sampai di Plaza Lagoi. Kami tidak ditarik biaya apa pun. Waktu di pos, cuma ditanya mau kemana dan ketika dijawab ke Lagoi Bay, langsung dipersilakan.
Di Plaza Lagoi, terlihat juga kompleks hotel dan penginapan, juga tempat penjualan suvenir. Sejumlah turis asing terlihat wara-wiri di hotel itu, sementara turis domestik dari area parkir banyak yang langsung menuju ke pantai. Air muncrat terlihat di tengah, taman ditata teratur dan pantai dengan hamparan pasir putih pun terlihat.
Konon, Lagoi Bay itu dulu milik pihak swasta, tetapi kemudian dibuka untuk umum sehingga masyarakat bisa ikut menikmati.
Menurut cerita, banyak orang Singapura yang berakhir pekan di resort tersebut. Hmm, cita rasanya memang terasa berbeda.
Di Plaza Lagoi Bay, taman tertata sangat rapi.Pantai dengan pasir putih juga sangat bersih. Butiran-butiran pasir dengan sangat halus saat dipijak dan berpadu dengan gelombang yang datang terasa lembut sekali. Terlihat sejumlah wisatawan datang menikmati alam.
Oya, tidak ada sampah sama sekali yang penulis lihat. Pantai teramat bersih dan sangat rapi, berbeda dari sejumlah pantai yang pernah penulis singgahi. Voli pantai, juga sejumlah fasilitas water sport lain terlihat di sana. Kami ingin berlama-lama di sini, namun mendung yang mulai gelap membuat penulis segera menyudahi kunjungan di pantai itu.
Tapi tunggu dulu, ada bentuk hati di taman Love lock. Dan tertulis di sana: ”Love lock" merupakan simbol cinta atau komitmen sebuah kenangan seumur hidup. Tunjukkan betapa berartinya orang yang kamu cintai dengan mengunci cintamu dan membuang kuncinya di kolam sebagai simbol dari cinta yang tidak terpisahkan.”
Dalam hati berwarna merah itu, gembok- gembok telah dikuncikan, bersama putih pasir dan biru lautan.
Tak hanya Lagoi, masih cukup banyak objek wisata lain di pulau ini, tetapi kami harus mengejar kapal kembali ke Batam. Sebenarnya saudara masih ingin mengajak ke Cristal Lagoon Treasure Bay, tempat kolam renang terbesar se-Asia Tenggara. Kolam dengan biru laut yang indah.
Oh ya, masih ada objek yang perlu disinggahi yakni Pulau Penyengat, pulau kecil yang memiliki banyak sejarah. Pulau ini berjarak sekitar 2 km dari Tanjung Pinang dan untuk mencapainya bisa menggunakan perahu bermotor atau lebih dikenal dengan sebutan pompong dengan waktu sekitar 15 menit.
Di pulau ini terdapat Masjid Raya Sultan Riau yang konon dibuat dari putih telur, makam para raja, makam dari pahlawan Raja Ali Haji yang antara lain terkenal dengan ”Gurindam Dua Belas”.

Suara Merdeka, 20170305

Posting Komentar

0 Komentar